Upaya dokumentasi langkah-langkah dalam hidup

Rabu, 17 Agustus 2016

Penjual Sawo dan Kelompok Akrobat



Cerpen Firdaus Yusuf

Mak Midah pernah berkata padaku, jika aku menelan biji sawo, maka biji tersebut akan tumbuh di dalam tubuhku. Akar-akarnya, awalnya, akan menjalar dari usus hingga ke anusku, lalu pelan-pelan, menjalar pula hingga ke tapak kakiku. Akar-akar tersebut sanggup menerobos lantai semen sekalipun. Hingga akhirnya, tatkala mereka menemukan permukaan tanah, lengan dan leherku akan menjadi batang pohon sawo, kata Mak Midah, menutup ceritanya.

Mak Midah adalah salah seorang penjual buah sawo di salah satu sudut emperan toko-toko di Pasar Sigli. Lapak tempat ia berjualan beralaskan tikar yang ia bawa sendiri. Mencoba menghindar dari sengatan matahari, ia taruh kain sarung, yang disangga empat pelepah meria, di atas tempat ia duduk. Di depannya, buah-buah sawo ia susun serupa bentuk piramida.

Ia kerap mengenakan kebaya motif bunga-bunga, kain sarung cokelat, dan selendang hitam. 

 “Jangan kau makan bijinya,” begitu ia biasa berkata usai menerima uang dariku. Pada deretan giginya yang kuning, ada bercak-bercak sirih yang telah lumat.

Saat aku berbalik badan untuk melanjutkan perjalanan pulang ke rumah, Mak Midah biasanya akan memanggilku.

Gam,” teriaknya, “ini ada lebih untuk kau.”

Itulah saat-saat yang paling kubenci. Aku akan melangkah ke tempat ia duduk untuk sekedar mengambil dua buah sawo. Sering aku bertanya dalam hati, mengapa tidak di saat menyerahkan sawo yang kubeli tadi, ia memberi dua sawo tersebut padaku.