Oleh Firdaus Yusuf
DIBAWAH sinar lampu, di sudut di Taman Sari Banda Aceh, Iswadi Basri dan teman-temannya sedang menggambar. Lukisan itu, kata dia, bertema satu ekspresi dalam keberagaman.
“Siapa saja yang mau coba, silakan,” kata pelukis kelahiran Padang Tiji itu. “Nanti kami ajarkan bagi yang belum tahu caranya.”
Taman Sari tampak semarak dengan berbagai pertunjukan malam itu (29/09). Tarian dan lagu silih berganti dipertunjukan dan dinyanyikan di atas panggung. Stan-stan yang dibubuhi atap daun rumbia milik sejumlah komunitas seni—sastra, musik, teater, seni rupa, film, dan sejumlah komunitas kreatif lainnya—di Banda Aceh, melingkari taman tersebut. Dua panggung didirikan: panggung utama di malam hari; dan panggung kecil untuk pertunjukan di sore hari.